Industri otomotif Indonesia kembali menghadapi tantangan besar pada bulan April 2025. Data penjualan mobil terbaru menunjukkan bahwa angka penjualan masih terus mengalami penurunan.
Pada bulan April 2025, penjualan mobil Indonesia tercatat mengalami penurunan sekitar 7% terbandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Angka ini cukup mengejutkan, mengingat pasar mobil Indonesia pada tahun 2024 sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah dampak pandemi COVID-19 yang cukup signifikan.
Namun, kenyataannya pasar mobil kembali tertekan pada awal tahun 2025, dengan penurunan yang lebih tajam bandingkan bulan sebelumnya. Apa yang menyebabkan tren ini terjadi?
Salah satu penyebab utama dari penurunan ini adalah faktor ekonomi global dan domestik. Meskipun ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan, beberapa aspek seperti inflasi yang masih tinggi, fluktuasi nilai tukar mata uang, dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, memberikan dampak besar pada daya beli masyarakat.
Kenaikan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia menyebabkan beban cicilan kredit kendaraan bermotor menjadi lebih tinggi. Banyak konsumen yang memilih untuk menunda pembelian mobil mereka karena adanya ketidakpastian ekonomi ini.
Selain faktor ekonomi, pergeseran ke kendaraan listrik juga mempengaruhi dinamika pasar. Meskipun kendaraan listrik semakin populer, harga mobil listrik yang masih tergolong tinggi serta terbatasnya infrastruktur pengisian daya menjadi kendala utama bagi konsumen.
Para pembeli yang sebelumnya tertarik dengan mobil konvensional kini mulai mempertimbangkan mobil listrik, tetapi belum banyak yang berani untuk beralih.
Namun, tidak semua konsumen siap untuk berinvestasi pada kendaraan yang harganya lebih mahal, terutama di tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil. Ini turut mempengaruhi penurunan penjualan mobil secara keseluruhan.