Layanan PayLater (beli sekarang, bayar nanti) semakin populer di Indonesia. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa total utang warga RI melalui PayLater telah mencapai Rp 31,6 triliun pada 2023. Angka ini menimbulkan kekhawatiran akan risiko over-leverage dan gagal bayar di kalangan pengguna.
Faktor Penyebab Lonjakan Utang PayLater
- Kemudahan Akses – Proses aplikasi cepat tanpa jaminan.
- Promo dan Diskon – Banyak e-commerce menawarkan cashback dan bunga 0%.
- Kebiasaan Konsumtif – Generasi muda cenderung impulsif dalam belanja online.
- Kurangnya Literasi Finansial – Banyak pengguna tidak paham konsekuensi bunga tinggi jika telat bayar.
Dampak Positif dan Negatif PayLater
Keuntungan:
✅ Memudahkan transaksi tanpa kartu kredit.
✅ Bisa digunakan untuk kebutuhan mendesak.
✅ Banyak promo menarik dari merchant.
Risiko:
❌ Bunga Tinggi – Beberapa platform mengenakan bunga hingga 2-3% per bulan (setara 24-36% per tahun).
❌ Denda Keterlambatan – Jika gagal bayar, tagihan membengkak.
❌ Pengaruh Skor Kredit – Keterlambatan bisa merusak riwayat kredit pengguna.
Tips Bijak Menggunakan PayLater
- Hanya untuk Kebutuhan, Bukan Keinginan – Hindari belanja impulsif.
- Cek Bunga dan Tenor – Pahami biaya sebelum meminjam.
- Bayar Tepat Waktu – Hindari denda dan bunga tambahan.
- Batasi Jumlah Platform – Jangan gunakan terlalu banyak akun PayLater.
- Pantau Pengeluaran – Buat anggaran agar tidak terjebak utang.
Meski PayLater memberikan kemudahan, masyarakat harus waspada terhadap risiko finansial. Utang Rp 31,6 triliun adalah angka yang besar, dan jika tidak dikelola dengan baik, bisa memicu masalah keuangan jangka panjang. Gunakan layanan ini secara bertanggung jawab agar tidak terjebak dalam jerat utang digital.